RENUNGAN

INDRA MATA PADA JASAD KITA HANYA MELIHAT SEGALA SESUATU APA ADANYA, IA HANYA MAMPU MELIHAT, TIDAK LEBIH. TETAPI MATA HATI MELIHAT DENGAN CARANYA SENDIRI,CARA YANG SANGAT BERBEDA, IA BERSUMBER DARI "MATA TUHAN", YAITU PENGLIHATAN YANG DICIPTAKAN DARI NUR ILAHI,SANG MAHA CAHAYA YANG MEMBERIKAN KILAUNYA DALAM HATI MANUSIA

Arsip Blog

Selasa, 12 Januari 2010

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir di dunia, telah ada di lakukan usah-usaha pendidikan; manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya kendatipun dalam cara yang sangat sederhana.demikian pula semenjak manusia saling bergaul telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk mempengaruhi orang-orang lain, teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan orang-orang bersangkutan itu.
Jika ditanya apakah psikologi pendidikan itu? Lebih konkret lagi, psikologi pendidikan itu membicarakan apa saja, maka akan didapatkan jawaban yang bermacam-macam sekali.
Psikologi pendidikan berusaha untuk menjadikan kajian tentang faktor-faktor psikologis yang berperanan dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan ini, persoalan psikologis apa sajakah yang relevan? Pada hakikatnya inti persoalan psikologis terletak pada anak didik,sebab pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik dan secara psikologis perlakuan ini harus selaras mungkin dengan anak didik. Karena problem yang diajukan diatas dapat di jawab dengan menunjuk kepada sifat-sifat psikologis yang ada pada anak didik dan ini menentukan inti segi-segi ilmu pengetahuan psikologis yang diperlukan.

B. TEORI-TEORI KEPRIBADIAN
Beberapa psikolog membagi tipe kepribadian berbeda satu sama lain, dan perbedaab ini disebabkan oleh sudut pandang dari mana penelitian atas kepribadian di mulai.
1. Type Theoy
Pada doktrin Hippocrates bahwa tubuh manusia di bawah dari darah, zat empedu kuning, zat empedu hitam, zat lendir yang berkaitan erat dengan empat tipe tempramen manusia berikut:
(1) Sanguin dengan kekuatan pengaruh zat darah, dicirikan dengan orang yang aktif, giat dan atletis.
(2) Cholric dengan kekuatan pengaruh zat empedu kuning, dicirikan dengan tempramen suka marah.
(3) Melancholic dengan kekuatan pengaruh zat empedu hitam, dicirkan dengan mudah depresi atau sedih.
(4) Plegmatik dengan kekuatan pengaruh cairan lendir dicirikan dengan cepat lelah dan malas.
2. Trait Theory
Trait (watak), sebagai susunan neuropsichic yang mempunyai kemampuan membrikan banyak rangsangan pada fungsi yang sederajat dengan mengarahkan bentuk dan pengungkapkan prilaku. R.B. Cattell mengklasifikasikan sifat berdasarkan empat pasang tipe, yaitu :
(1) Sifat-sifat umum yang dimiliki oleh semua orang dan orang yang memiliki sifat khusus dan tidak dimiliki oleh orang lain.
(2) Suatu sifat ada yang dengan mudah dapat dilihat dan ada yang harus dilakukan penelitian lebih jauh baru dapat kelihatan,
(3) Sifat yang tergantung pada pembawaan dan tergantung pada lingkungan.
(4) Sifat yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan dan sifat yang menentukan kemampuan untuk mencapai tujuan dan tempramen adalah aspek-aspek emosional yang mengarahkan kepada aktivitas.
3. Psychoanalysis Theory
Kepribadian manusia adalah pertarung antara id, ego, dan super ego. Id adalah bagian kepribadian manusia yang mengendalikan dorongan biologis seperti dororngan sex dan sifat agresif, id bertindak atas prinsip kesenangan semata, sehingga seringkali di sebut tabiat hewani manusia. Super ego adalah hati nurani yang bertidak atas prinsip moral. Super ego merupakan internalisasi dari norma social dan kultural masyarakatnya, id dan super ego seringkali bertentangan, dan ketiganya berada dalam alam bawah sadar manusia.
4. Phenomendagy Theory
Teori ini melihat manusia sebagai pribadi yang unik dan sangat individual sifatnya, artinya kepribadian seseorang dalam perkembangannya, sangat dipengaruhi oleh factor lingkungannya, dalam hal ini orang tua dan orang-orang yang menjadi panutannya.

























BAB II
KEDUDUKAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI


KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN UMUM
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Bagi bangsa romawi persona berarti bagaimanan seseorang tampak pada orang lain. Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris.
Secara filosofis dapat di katakana bahwa pribadi adalah aku yang sejati dan kepribadian merupakan penampakan sang aku dalam bentuk prilaku tertentu. Disini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang di peroleh dari apa yang dipikir,dirasakan,dan diperbuat
Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi dua aspek, yakni aspek kemampuan dan aspek kepribadian. Aspek kemampuan meliputi prestasi belajar, inteligensi dan bakat, sedangkan aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, dan motivasi. Gagasan tersebut memberikan gambaran umum arti kepribadian memberikan gambaran kesan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan diperbuat, yang terungkap melalui prilaku.
Ilmu tentang kepribadian cakupnya sangat luas, yang pada perkembangannya, teori ini sudah sangat maju dalam pengenalan yang lebih luas tentang kepribadian manusia. Namun meskipun hanya membatasi sebagian dari pengetahuan itu, membicarakan kepribadian merupakan suatu hal yang menarik.
B. Tipologi
1. Riwayat Singkat Psikologi Kepribadian
(1) Teori Hippocrates-Galenus
Alam semesta beserta isinya ini tersusun atas empat unsure pokok, yaitu tanah, air, udara, dan api yang maasing-masing mendukung sifat tertentu, yaitu tanah mendukung sifat kering, air mendukung sifat dingin, dan api mendunkung sifat panas. Maka Hippocrates (460-370) berpendapat, bahwa dalam tubuh manusia juga terdapat sifat-sifat tersebut yang di dukung oleh cairan-cairan yang ada dalam tubuh yaitu: sifat kering di dukung oleh chole, sifat basah yang di dukung oleh melanchole, sifat dimgin di dukung oleh plegma, dan sifat panas di dukung oleh sanguis, pendapat ini disempurnakan oleh Galenus (129-200).
(2) Tipologi Mazhab Italia dan Mazhab Perancis
a. Tipologi Mazhab Italia
DeGiovani, Viola dalam peneylidikan-penyelidikannya menemukan bahwa ada tiga macam tipe manusia berdasar atas keadaan tubuhnya, yaitu:
• Ukuran-ukuran mengak relatif dominant, sehingga orangnya kelihatan tinggi jangkung.
• Ukuran-ukurannya mendatarnya relatif dominant, sihingga orangnya kelihatan pendek dan gemuk.
• Ukuran-ukuran menegak dam mendatar, sehingga orang kelihatan seimbang.
b. Tipologi Mazhab Perancis
Mazhab Perancis yang di pimpin oleh Sigaud berpendapat bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainan-kelainannya itu pada pokoknya ditentukan olah sekitar atau lingkungan.
2. Hubungan Antara Karakter dan Bakat
a. Pembentukan Karakter
(1) Pendidikan dan Anak
Ada perbedaan pendapat mengenai pendidikan dan anak di kalangn orang tua mengenai nilai latihan yang diberikan di sekolah Taman Kanak-Kanak. Sebagian orang tua menganggap bahwa anak yang berumur 2,5-3 tahun adalah masa penting bagi anak-anak untuk mendapat kasih saying dan perhatian langsung dari orang tuanya sendiri.
(2) Pengaruh Sekolah Selama Tahun-tahun Pertengahan
Sejak berumur 9-12 tahun anak tadi harus di bimbing atau di Bantu untuk ikut serta mengambil bagian dalam kerja kelompok agar dapat bekerja sama dengan teman-temannya dengan baik. Oleh sebab itu, anak pada masa-masa tersebut juga harus diberikan kesempatan untuk melatih pengarahan dirinya sendiri menurt minat dan perhatiannya.
(3) Pendidikan Selam Remaja
Sekolah lanjutan atau perguruan tinggi yang diorganisasikan dengan baik dapat memberikan banyak kesempatan kepada para siswa/siswinya untuk berpartisipasi dalam kegiatan social yang diprakarsai.
b. Bakat
Tentang bakat masalahnya sudah sama tuanya dengan manusia sendiri. Sejak dahulu kala orang sudah berusaha menggarap masalah ini, walaupun tentu saja kalau di pandang dari kaca mata ilmu pengetahuan dewasa ini hasilnya masih sangat jauh dari memuaskan. Urgensi untuk menggarap masalah ini masih tetap ada sampai sekarang, terlebih-lebih dalam hubungan dengan usaha pendidikan dalam pemilihan lapangan kerja. Suatu hal yang di pandang self-evident ialah bahwa seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya; demikian pula dalam lapangan kerja, seseorang kan lebih berhasil kalau dia bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya.

Apakah Bakat itu?
William B.Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.
Dalam devinisi Bingham menitip beratkan pada segi apa yang dapat dilakukan oleh individu, jadi segi performance, setelah individu mendapatkan latihan.
Orientasi yang lebih luas mengenai berbagai pendapat tentang bakat menunjukan, bahwa analisis tentang bakat selalu-seperti setiap analisis psikologis yang lain-merupakan analisis tentang tingkah laku. Dan dari analisis tentang tingkah laku itu kita ketemukan, bahwa dalam tingkah laku itu kita dapatkan gejala seperti berikut:

a. bahwa individu melakukan sesuatu,
b. bahwa apa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu (atau merupakan akibat atau hasil tertentu), dan
c. bahwa dia melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu.
3. Hubungan antara Tempramen, Karakter dan Bentuk Jasmani

C. Jenis Tipologi
a. Kepribadian dan Perbedaan Indiviudal
Kalau diadakan orientasi dalam lapangan psikologi kepribadian ini, maka secara garis besarnya akan didapatkan dua macam pendekatan mengenai kepribadian. Berpangkal pada kenyataan, bahwa kepribadian menusia sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyak dengan banyak orang, segolongan ahli berusaha mnggolong-menggolongkan manusia itu ke dalam tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah yang paling efektif untuk mengenal sesame manusia dengan baik. Pada sisi lain sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja seperti yang dikemukakan di atas tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian, yaitu mengenal sesame manusia menurut apa adanya , menurut sifat-sifatnya yang khas karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan kekhususan sifat-sifat seseorang.

b. Perkembangan Kepribadian
1. Prinsip Perkembangan
Beberapa prinsip perkembangan antara lain:
1. perkembangan merupakan fungsi jasmaniah dan kejiwaan yang belangsung dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh (integrated);
2. setiap individu mempunyai kecepatan perkembangan;
3. perkembangan seseorang, baik secara keseluruhan maupun setiap aspek tidak konstan melaikan berirama;
4. proses perkembangan dengan mengikuti pola tertentu;
5. proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan;
6. antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek yang lain saling berkaitan atau berkorelasi secara signifikan;
7. perkembangan berlangsung dari pola yang bersifat umum ke khusus;
8. perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan;
9. memiliki fungsi kepribadian yang bersifat jasmaniah.
2. Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan dalam kepribadian meliputi: (1) perkembangan bersifat kualitatif, (2) perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil belajar, (3) usia ikut mempengaruhi perkembangan, (4) masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang berbeda-beda, (5) dalam keseluruhan periode perkembangan, (6) setiap spesies perkembangan individu mengikuti pola umum yang sama, dan (7) perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan pendidikan.

3. Tahap Perkembangan Pribadi Manusia
Pembentukan pribadi seseorang terjadi dari lahir sampai usia 20 tahun. Freud mengemukakan adanya enam tahap perkembangan fisiologi manusia, yaitu:


1. Tahap Oral (umur 0 sampai sekitar 1 tahun)
Dalam tahap ini, mulut bayi merupakan daerah utama dari aktivitas yang dinamis pada manusia
2. Tahap Anal (antara umur 1 sampai 3 tahun)
Dalam tahap ini, dorongan dan aktivitas gerak individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran.
3. Tahap Falish (antara umur 3 sampai 5 tahun)
Dalam tahap ini, alat kelamin merupakan daerah perhatian yang penting dalam pendorong ativitas.
4. Tahap Klaten (antara umur 5 tahun sampai 12-13 tahun)
Dalam tahap ini dorongan aktivitas dan pertumbuhan cenderung bertahan dan istarah dalam arti tidak meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
5. Tahap Pubertas (antara umur 12-13 tahun sampai 20 tahun)
Dalam tahap ini, dorongan aktif kembali, kelenjar Endokrin tumbuh pesat dan berfungsi memperceapat pertumbuhan ke arah kematangan.
6. Tahap Genital (setelah umur 20 tahun dan seterusnya)
Dalam tahap ini, pertumbuhan genital merupakan dorongan penting bagi tingkah laku seseorang.
Menurut Jean Jacques Rousseau perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan manusia belansung dalam lima tahap yaitu:
1. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir-2 tahun), dalam tahap ini, perkembangan pribadi di dominasi oleh perasaan.
2. Tahap perkembangan masa kanak-kanak (2 tahun s.d 12 tahun), dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak di mulai dengan semakin berkembangnya fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan.
3. Tahap perkembangan pada masa preadolesen (12 tahun s.d 15 tahun), dalam tahap ini, perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan.
4. Perkembangan pada masa adolesen (15-20 tahun), dalam tahap perkembangan ini, kualitas kehidupan manusia di warnai oleh dorongan seksual yang kuat.
5. Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun), dalam tahap ini, perkembangan fungsi kehendak mulai dominan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Manusia
Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara sapontan, tapi merupakan hasil pematangan, pengalaman, takanan dari lingkungan sosial budaya, dan factor-faktor individu.
1. Pengalaman Awal
Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit di hapus dari ingatan.


2. Pengaruh Budaya
Anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang di tentukan budayanya.
3. Kondisi Fisik
Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang.


4. Daya Tarik
Bagi mereka yang memilikikarakteristik menarik akan memperkuat sikap social yang menguntungkan
5. Inteligensi
Perhatian yang berlebihan terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
6. Emosi
Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinilai sebagai orang yang matang.
7. Nama
Walaupun hanya sekadar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya.
8. Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.
9. Penerimaan Sosial
Anak yang diterima dalalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya.
10. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakan sendi-sendi dasar kepribadian.


11. Perubahan Fisik
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian.










d. Manfaat mempelajari psikologi kepribadian
Sebagi seorang guru, mempelajari psikologi kepribadian sangatlah penting. Karena seseorang guru pasti menghadapi banyak murid atau siswa yang memiliki kepribadian yang berbeda. Sehingga dengan memahami konsep kepribadian tiap individu maka seorang guru bias memahami keadaan yang ada pada diri anak didiknya masing-masing.




e. Hambatan-hambatan dalam psikologi kepribadian
sampai pada saat ini hambatan yang dihadapi oleh setiap orang dalam psikologi kepribadian sangat banyak sekali, diantaranya mampu atau tidaknya seseorang memahami konsep psikologi kepribadian





























BAB III
TEORI-TEORI BELAJAR YANG MELANDASI
PENDIDIKAN IPA

A. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan


B. TEORI KOGNITIF
Psikologi kognitif mulai diperkenalkan pada akhir abad ke-19 yaitu dengan lahirnya teori belajar gestalt dan salah satu tokoh psikologi gestalt adalah max wherteimer, di mana ia meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Kemudian dilanjutkan oleh kurt kaffa yang mencoba untuk menguraikan secara terperinci hukum-hukum pengamatan. Tokoh yang lain adalah wolfgang kohler yang meneliti tentang insight pada simpanse. Hasil penelitian tokoh tersebut telah memunculkan psikologi gestalt. Yang mengutamakan pembahasan pada masalah konfigurasi struktur dan pemetaan dalam pengalaman
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi uumum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesanyang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
TEORI BELAJAR KOGNITIF
1. Cognitive Field
Teori belajar Cognitive Field menitik beratkan perhatian pada kepribadian dan psikologi social, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada dalam suatu medan kekuatan , yang bersifat psikologis, yang disebut life spice. Yang mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi misaknya orang yang dijumpai, fungsikejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi. Menurut teori ini, belajar itu berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.

2. Cognitive Development (piaget)
Dalam teori ini piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitas gradual dari fungsi intelektual yaitu dari berpikir konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan baru yang sebelumnya tida ada
1. struktur atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat diulang
2. isi atau content ialah pola tingkah laku spesifikketika seseorang menghadapi suatu masalah
3. fungsi atau function adalah yang brhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Function terdiri atas dua macam fungsi invariant suatu masalah.
Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik dan psikis dalam bentuk system yang koheren. Jadi perkembangan kognitif tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui agar dapat belajar.

3. Teori Benyamin S. Bloom
Benyamin S. Bloom telah mengembangkan taksonomi untuk domain kognitif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasr kea rah yang lebih tinggi dari kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan untuk menghapal, mengingat, atau mengulangi informasi yang diberikan.
2. Pemahaman (comprehension) kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri.
3. Aplikasi (application)ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru.
4. Analisis (analysis) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya
5. Sintesis (syntesis)ialah kemampuan untuk mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang baru.
6. Evaluasi (evaluation) ialah kemampuan untuk membuat pemikiran berdasarkan kritaria yang telah ditetapkan.



C. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIF
Mengajar tidak secara otomatis menjadikan siswa belajar. Tugas guru dalam mengajar antara lain adalah membantu transfer belajar. Tujuan transfer belajar ialah menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru, artinya apa yang telah dpelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui penugasan dan diskusi kelompok misalnya, seorang guru dapat membantu transfer belajar. Oleh karena itu fakta, prinsip, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk terjadinya transfer belajar sudah dikuasai oleh siswa yang sedang belajar.

Biggie, 1989, merangkum perbedaan penting antara teori belajar perilaku dengan teori belajar kognitif. Seorang guru penganut teori belajar perilaku berkeinginan mengubah perilaku siswanya, sedangkan guru yang menganut teori belajar kognitif ingin mengubah struktur kognitif (pemahaman) siswanya.

Sesungguhnya ada dua kutub dalam pendidikan saat ini, yaitu tabula rasa dan konstruktivisme. Menurut rujukan tabula rasa, siswa diibaratkan kertas putih yag ditulisi apa saja oleh gurunya atau ibarat wadah kosong yang dapat diisi apa saja oleh gurunya. Dengan pendapat ini seakan-akan siswa bersifat pasif dan memiliki keterbatasan dalam belajar. Menurut rujukan konstruktivisme, setiap orang yang belajar sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Jadi siswanya dapat aktif dan terus meningkatkan diri dalam kondisi tertentu.

Struktur kognitif seseorang pada suatu saat meliputi segala sesuatu yang telah dipelajari oleh seseorang (Ausubel dalam Kalusmeier, 1994). Hasil belajar sendiri dapat dikelompokkan menjadi (1) informasi verbal; (2) keterampilan; (3) konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan; (4) taksonomi dan keterampilan memecahkan masalah; (5)strategi belajar dan strategi mengingat. Seluruh hal itu dipelajari “initially”, direpresentasikan secara internal, diatur dan disimpan dalam bentuk “images”, simbol dan makna. Struktur kognitif mengalami perubahan sejak lahir dan maju berkelanjutan sebagai hasil proses belajar dan pendewasaan/kematangan. Konsep, prinsip, danstruktur pengetahuan (termasuk taksonomi dan hierarkinya), pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting dalam ranah kognitif.



D. TEORI BELAJAR PRILAKU

Teori perilaku menitik beratkan pada aspek-aspek eksternal belajar, termasuk stimuli eksternal, respon perilaku siswa, dan penguatan yang mengikuti respon yang sesuai. Berdasarkan dengan teori perilaku yang dikemukakan oleh Thorndike tentang Law of Effect dalam Budayasa(1998: 11), bahwa respon menyenangkan yang dialami sebelumnya cenderung diulangi dan respon yang tidak menyenangkan yang dialami sebelumnya cenderung dibuang. Jadi menurut Thorndike kecuali hubungan antara stimulus dan respon, teori yang dikemukakan menekankan terutama pada prinsip-prinsip pengetahuan.
Sesuai dengan teori Thorndike di atas, pelaksanaan sistem pembelajaran di kelas tidak lepas dari pemberian penghargaan dan hukuman. Di samping dalam penyampaian pembelajaran guru kepada siswa tidak lepas dari penyampaian secara langsung informasi-informasi yang akan dipelajari oleh siswa. Sesuai dengan teori belajar perilaku agar ketuntasan belajar sains siswa dicapai maka materi ajar yang akan diberikan perlu dianalisis ke dalam bagian-bagian sederhana, menulis tujuan perilaku untuk tiap bagian, menyajikan informasi yang akan diberikan secara jelas dan ringkas, memberikan latihan-latihan berulang-ulang kepada siswa, memberikan umpan balik secepatnya terhadap respon yang diberikan siswa, dan sering mengulangi materi yang diajarkan.







































DAFTAR PUSTAKA


- Surya, Brata. Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004
- Prof. Dr. H. Djaali. Psikologi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2006
- http://www.psb-psma.org/content/blog/teori-teori-belajar
- http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/31/konstruktivisme-struktur- kognitif-sekilas-pandang/
- http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-pembelajaran-perilaku.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar